Read more/less..
Friday, January 21, 2011
Cerpen : Kasih Sahabat
Read more/less..
62 Orang Kentut Madu:
-
-
huhu.. aduka suka buat orang nangis..
uwaaaaa~~~ T___T - May 24, 2009 at 11:10 AM
- CikYana(",) said... [Reply]
-
cerpen sahabat ni amat menyentuh perasaan
sob2
sesungguhnye..persahabatan amat penting
like u n me,rite?
(^_^) - May 24, 2009 at 11:49 AM
- elle said... [Reply]
-
cte yg menyentuh perasaan...
- May 24, 2009 at 1:01 PM
- Precious said... [Reply]
-
Besh besh ... good luck!
- May 24, 2009 at 3:39 PM
- einahnutayiffus said... [Reply]
-
skew bc..cte yg pnuh prsaan n pnghayatan..
daya imaginasi yg tggi + gya pnulisan yg bgus..
hope menang contest..:) - May 24, 2009 at 3:57 PM
- Kapten Luffy said... [Reply]
-
memang menyentuh hati
- May 24, 2009 at 4:19 PM
- Ivy Metaga said... [Reply]
-
cerpen yang best dan menyentuh hati sesiapa ygn membaca nya...
binatang pun pandai berkasih sayang kan... - May 24, 2009 at 5:47 PM
- hasni said... [Reply]
-
adukaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
nice entry:-)
keep it up ok!! - May 25, 2009 at 11:28 AM
-
-
oh ye. silakan menang oke? wish u all gud luck! ^_^
- May 25, 2009 at 4:59 PM
- unknown said... [Reply]
-
hehe bro,
x sngka aku ko olah bt cerita dr gmbr tu - May 25, 2009 at 10:49 PM
- Aduka said... [Reply]
-
capiqa: huhu.. jgn nanges2 ye.. =)
cikyana: yeah u rite =)
elle: trimas.. =)
precious: trimas.. =)
hunny: insyaAllah.. =) - May 26, 2009 at 12:57 AM
- Aduka said... [Reply]
-
uncle luffy: trimas.. =)
ivy: iya.. trimas sbb sudi bc.. =)
hasni: yeeeeeeeeee.. hohoho.. oke! =)
kriel: ye.. trimas.. =) - May 26, 2009 at 12:58 AM
- pauhputik said... [Reply]
-
best2 cite nie.. walaupun panje, kawe tetap baco sapa habis..... seb baik x kuar manik2 kat pipi.... hahahahhahah
- May 26, 2009 at 3:44 AM
- nana~ said... [Reply]
-
sedih..
- May 26, 2009 at 12:34 PM
- Cikgu Ije said... [Reply]
-
hmm =(
- May 26, 2009 at 2:36 PM
-
-
wahhh...
panjang cerita...
menarik gak.. - May 27, 2009 at 11:41 AM
- Aduka said... [Reply]
-
pauhputik: haha.. tenkiu sbb rjin baco.. doh namo cerpen, panje la sikit cik abe..
** kalu entry biaso kawe wat panje jugop.. huhu..
=P - May 27, 2009 at 12:57 PM
- Aduka said... [Reply]
-
cik nana: errr.. jgn nanges k.. =)
- May 27, 2009 at 12:57 PM
- Aduka said... [Reply]
-
ije: =)
keiroro: hakhak.. dh namanya cerpen pjg sikit la dr en3 biasa.. uhuhuhu.. =P - May 27, 2009 at 12:58 PM
- Mak Jemah said... [Reply]
-
sikalang mau jumpa sorang shabat sejati pon susah kan...
- May 27, 2009 at 2:31 PM
- iKa said... [Reply]
-
Pakcik..
cedap..cedap..
msti menang kontes tu nati..
hehehe..
pakcik..
pakcik jadik cupu..
ika jadik puteh ea?
jadilah kite spt gambar d atas..hehehe
=p - May 27, 2009 at 7:52 PM
- Scha Abdllh said... [Reply]
-
Memg best citer ni..sedih..huhuk
ingat die tak jmpe dah cumu.
Keep writing ur best story ;) - May 27, 2009 at 8:10 PM
- haruan tasek said... [Reply]
-
sedih tu......
- May 28, 2009 at 3:38 AM
- Aduka said... [Reply]
-
miss oren: btol tu.. dlm persahabatan kne mulakan dgn keikhlasan.. =)
- May 28, 2009 at 10:00 AM
- Aduka said... [Reply]
-
ika: uyoo.. bgus gak ek.. pakcik stuju! leh peluk2 nenek ika slalu.. lalalala~~ =P
- May 28, 2009 at 10:01 AM
- Aduka said... [Reply]
-
sha: thanks.. =)
haruan: yeke? bese je cite ni.. huhu.. =P - May 28, 2009 at 10:02 AM
- lizz said... [Reply]
-
kalo menang, bley kite kawen n share domain?wahahahahahah!
- May 29, 2009 at 6:35 AM
-
-
huuu~
sgt touching..
best of lux ya xD - May 30, 2009 at 12:15 PM
- Mrs Nurul said... [Reply]
-
kalau menang kontez jgn lupa belanja aku hahaha
- May 30, 2009 at 2:11 PM
- Aduka said... [Reply]
-
lizz: kawen? share domain? kawen; nak! share domain; xmo!
hahahahaha.. =P - May 30, 2009 at 3:47 PM
- Aduka said... [Reply]
-
qema: oh.. terima kaseh. =)
- May 30, 2009 at 3:47 PM
- Aduka said... [Reply]
-
lampu: blanja? boleeee.. bole blah! hahahaha.. =P
** blanje pe ek? eskrem soda ble? lalalala.. =P - May 30, 2009 at 3:48 PM
- haruan tasek said... [Reply]
-
cumu kaulah monyet kepten luffy.
- May 30, 2009 at 4:07 PM
- Aduka said... [Reply]
-
haruan: huish.. tu monyet len la..
- May 30, 2009 at 4:10 PM
- Cik Ateen said... [Reply]
-
sahabat?
sya mmg suke berkwn..
kwn adalah nadi utk sya belajar..
huhuhu - May 31, 2009 at 2:29 AM
- Aduka said... [Reply]
-
ateen: bagus3.. truskan blaja bsama kwn2.. kwn2 ni pendorong utk kite trus blaja.. tp jgn salah pilih kawan gak.. =)
- May 31, 2009 at 12:25 PM
- joegrimjow said... [Reply]
-
huhu
suke2
touching gitu - May 31, 2009 at 3:39 PM
- Aduka said... [Reply]
-
joe: terima kaseh.. =)
- May 31, 2009 at 3:53 PM
- p i j a h said... [Reply]
-
menang2..waaaaaa. taching!huhu
- June 1, 2009 at 1:04 AM
- Aduka said... [Reply]
-
pijah: insyaAllah.. kita tgk la sape yg menang.. rasa cam kalah je.. rmai lg org power2.. huhu..
- June 1, 2009 at 1:35 AM
-
-
sedey.. =(
- June 1, 2009 at 2:27 AM
- Na Shari said... [Reply]
-
Oh...touching nya
- June 1, 2009 at 9:00 AM
- eiza in the house.. said... [Reply]
-
sgt tersentuh hati ini..
cumu dan puteh..dua jiwa satu hati :) - June 4, 2009 at 11:03 AM
- Aduka said... [Reply]
-
nemo: jgn cedey2.. nah tisu.. lap air mata.. heee.. =P
na shari: tenkiu sbb baca wpn pjg.. hee.. - June 4, 2009 at 11:44 AM
- Aduka said... [Reply]
-
eiza: huuu.. jom nanges sama2.. heee
- June 4, 2009 at 11:45 AM
- SyuQ said... [Reply]
-
very touching
- June 7, 2009 at 4:47 PM
- Aduka said... [Reply]
-
syuq: thanks.. =)
- June 7, 2009 at 10:19 PM
- lalink7 said... [Reply]
-
Wahhh..
patut la menang contest nieh..
huhuhuhuu...
memang awak layak utk menang...
huraian penceritaan menarik dan ayat yang digunakan banyak unsur2 metafora..bla..bla..bla..
heheheh..malalut lak..
neway tahniah utk anda.. - June 21, 2009 at 11:22 AM
- Aduka said... [Reply]
-
lalink: mekaceh... ayat metafora? haha.. metafora bagai.. =P
- June 21, 2009 at 11:31 AM
- z.a.r.a said... [Reply]
-
wahh...cerita yg best :)
even kena baca lame tp best...teruskn berkarya...
congrats sbb mng contest ni. - June 21, 2009 at 4:00 PM
- Aduka said... [Reply]
-
sha89: terima kaseh sbb sudi membaca.. =)
- June 24, 2009 at 1:06 PM
- zai said... [Reply]
-
tahniah..pasni www.aduka.net kot..hehe
- June 25, 2009 at 11:11 PM
- Aduka said... [Reply]
-
zai: ya.. terima kasih zai.. =)
- June 25, 2009 at 11:13 PM
-
-
wah aduka.. cukuo berbakap.. tak sangka... hebat2
- January 21, 2011 at 8:29 PM
- IxoR@ said... [Reply]
-
sedih la hingga tak mampu baca in detail.... tapi baca gak sampai abis!
sob sob sob....
:( - January 21, 2011 at 9:46 PM
-
-
sedeynyerrrrrrrrr!! =(
- January 22, 2011 at 12:15 PM
- mizzapple said... [Reply]
-
cerpen sahabat yg mnyentuh perasaan. :)
- January 22, 2011 at 2:07 PM
- Siti Nurhayati Dollah said... [Reply]
-
cerpen yang bagus.Menyentuh hati. kasih sayang sahabat yang takkan ada ganti
- January 22, 2011 at 3:12 PM
- Mr.TN_SkY said... [Reply]
-
Menyentuh perasaan hati lelaki aku =_=
Newbies Susahkan Blogger Senior? - January 22, 2011 at 5:47 PM
- Aduka said... [Reply]
-
@tenangsudey
terima kasih.. =) - January 23, 2011 at 6:02 PM
- Aduka said... [Reply]
-
@IxoR@
terima kasih sbb baca sampai habis.. =) - January 23, 2011 at 6:02 PM
- good_boy said... [Reply]
-
terer la kau aduka...
tapi klaka gak nama die cumu.. ;) - January 24, 2011 at 11:37 AM
Post a Comment
Ruang komen telah di-set sebagai 'dofollow'. Sila tinggalkan URL blog anda dengan cara yang bijak. Baca DI SINI untuk mempelajari SEO mengenai 'dofollow' link.
Kepada ANONYMOUS, sila tinggalkan link dengan cara yang bermoral sedikit.
Terima kasih kerana sudi membaca artikel ini dan menurunkan komen anda.
Daaaammm!!! Daaaaaaaaammmmmmmmmmm!!!
Kedengaran dua das tembakan senapang patah menggegarkan hutan rimba itu. Suara nyaring sahut-sahutan sang cengkerik segera terhenti. Bunyi bingit tadi membuatkan semua unggas yang berkampung di dalam rimba tersebut lari bertempiaran kerana tersentak. Kelihatan burung-burung terbang meninggalkan sarangnya. Serentak dengan itu, suasana rimba yang tadinya rancak umpama pesta kini sunyi sepi.
Puteh, sang burung merpati yang berehat di dalam sarangnya turut tersentak. Lalu dia terbang meninggalkan sarangnya. Dia melilau di udara bersama kawanannya.
Semasa Puteh terbang di udara, dia terpandang beberapa susuk tubuh manusia menyelinap sambil terbongkok-bongkok di sebalik semak seolah-olah mencari sesuatu.. satu susuk tubuh manusia dewasa dan satu susuk tubuh manusia kecil. Jelas pada pandangan Puteh akan senapang yang dipegang oleh lelaki dewasa. Di tangan manusia kecil itu pula kelihatan membawa kotak kecil dan guni coklat hitam.
"Pemburu hutan!", pekik Puteh kepada kawan-kawannya.
Gegas kawanan merpati itu bertempiaran lari meninggalkan ruang udara terus ke kawasan bukit di sebelah utara rimba tersebut. Takut pemburu hutan itu mensasarkan kepada mereka. Namun Puteh tidak langsung mengekori kawanannya. Dia terpandang kepada seekor kera terbaring di bawah pohon besar. Dia kaget. Puteh terbang betul-betul di atas pohon besar tersebut. Manusia dewasa dan kecil tadi segera merapati kera tadi. Kera itu tidak bergerak. Lantas Puteh memberanikan diri untuk merapati. Dia bertenggek di atas dahan pohon yang tidak jauh dari kera itu.
Alangkah terperanjatnya Puteh melihat kera tersebut. Rupa-rupanya ia adalah ibu kera! Dia melihat anak kera merengek menangis dan menolak-nolak tubuh ibu kera seolah-olah mengejutkan ibunya dari tidur. Walhal ibu kera tersebut sudah pun tidak bernyawa lagi. Jelas kelihatan darah membuak keluar dari mulut ibu kera..Tangan ibu kera tersebut memegang perut yang sudahpun terburai. Matanya terkatup rapat. Anak kera tadi meraung sepuas hatinya.
Manusia dewasa tadi terus saja mencapai ibu kera tersebut dan terus masukkan ke dalam guni. Lalu manusia tersebut terus meninggalkan tempat tersebut. Anak kera itu menjerit. Manusia-manusia tadi langsung tidak menoleh. Mereka terus saja lenyap di dalam kegelapan hutan rimba tersebut.
Kasihan melihat rengek tangisan anak kera, Puteh terbang dan merapati anak kera tadi. Anak kera tadi berhenti menangis. Anak kera itu tersedu-sedan. Matanya yang berkaca dan berair memandang tepat ke mata Puteh.
"Kau lapar, Cumu?", tanya Puteh. Cumu melompat-lompat, girang.
"Kau tunggu di sini.. nanti aku bawakan makanan untuk kau, ya," kata Puteh lantas terus terbang tinggi dan jauh meninggalkan Cumu terkebil-kebil.
Cumu duduk saja di dalam pondok kecil itu. Sementara menunggu ketibaan Puteh, dia menggaru-garukan badannya dan bergolek-golek. Dia menggosok-gosok perutnya yang sedari pagi tadi belum terisi dengan sedikit makanan pun. Dia melihat ke udara. Dia menanti dengan penuh sabar.
Beberapa ketika kemudian, Puteh berada di hadapan Cumu. Cumu bertempik kesukaan. Lebih-lebih lagi melihat di paruh Puteh terdapat sedikit cebisan makanan kegemaran Cumu, iaitu pisang. Puteh menyuap cebisan pisang itu ke mulut Cumu. Lalu kembali terbang. Beberapa minit kemudian, Puteh kembali lagi, juga dengan cebisan pisang. Begitulah selanjutnya. Berulang-ulang. Itulah rutin Puteh setiap pagi.
"Cumu.. Tergamak manusia membuat begini pada kau, ya? Sudahlah ibumu dibunuhnya. Sekarang kau pula dikurungnya. Manusia memang kejam!" rintih Puteh..
Cumu hanya mengangguk. Puteh diam. dia hanya memandang Cumu mengunyah pisang yang dibawanya tadi. Walaupun sedikit jumlahnya, Cumu tidak pernah marah atau mengeluh. Jika tidak kerana Puteh, sudah tentu dia mati kebuluran di dalam pondok kecil lagi sempit itu. Biarlah. Cukuplah sekadar mengalas perut.
"Suatu hari nanti, kau akan aku lepaskan dari genggaman manusia ini, Cumu," kata Puteh. Cumu hanya memandang mata Puteh. Walaupun dia tidak dapat berkata-kata, namun dia faham maksud dan niat Puteh.
Suatu malam yang gelap gulita, angin bertiup kencang di sekitar buana. Daun-daun pohonan rimba seolah-olah melambai-lambai ditiup angin kencang. Nun jauh kelihatan petir sabung menyabung disertai guruh berdetum detam. Namun, tiada langsung titisan air halus jatuh ke muka bumi. Dicelahan bukit bukau kelihatan awan kehitaman yang menggerunkan suasana malam. aura ribut seperti taufan melanda dipinggiran rimba tersebut.
Puteh risaukan Cumu. Sudahlah keseorangan di dalam kurungan. Makan minum pun tidak terjaga. Entah bagaimana keadaannya. Datang pula ribut sebegini. Puteh terlalu risaukan Cumu.
Lantas Puteh terbang meninggalkan sarangnya. Angin yang bertiup kencang mengganggu dirinya. Dia hampir-hampir saja berputus asa memandangkan kudratnya tidak seperti keturunan burung yang hidup berhijrah. Bukan, dia bukan keturunan itu. Namun kerana Cumu, dia sanggup bergadai nyawa. Dia lebih bimbangkan anak kera kecil itu berbanding dirinya sendiri.. sepenerbangan Puteh, dia terkenang saat-saat dia pertama kali bertemu Cumu. Waktu itu Cumu masih kecil. Dia menjaga Cumu sehinggalah Cumu ditangkap oleh manusia durjana. Puteh sedih melihat Cumu dikurung tanpa memberi makan.
Setiap hari, Puteh hanya mampu menjenguk Cumu dari jauh. Dia akan bertenggek di atas dahan sepohon pokok rendang berdekatan dengan pondok yang mengurung Cumu. Awalnya, manusia tua itu memberi segala kasih sayang dan jagaan yang cukup kepada Cumu..Cumu amat bahagia kerana dilayan sebegitu rupa walaupun dirinya dikurung. Namun, disangkakan panas hingga ke petang, rupanya hujan di tengahari. Kegembiraannya tidak lama. Manusia tua itu tidak mempedulikan Cumu lagi. Bermulalah detik hitam bagi Cumu. Cumu dibiarkan kelaparan. Beberapa purnama lamanya dia tidak terurus dan terjaga. Tiap-tiap malam Cumu menangis kerana kelaparan.
"Cumu! Cumu!! Cumuuu!!!" pekik Puteh.
Puteh melihat Cumu berpeluk tubuh kerana kesejukan dari tiupan angin dan dingin malam. Pondok kecil itu bergegar dan bergoyang kerana tiupan angin. Cumu menjerit-jerit seolah-olah minta di selamatkan.
"Cumu! Aku tak boleh biarkan kau lagi di sini! inilah peluangnya!" pekik Puteh.
"Cumu! Aku mahu menolak pintu rumah kau ini! bila pintunya terbuka, kau cepat-cepat keluar!"
Berbantu tiupan angin yang kencang, Puteh menggunakan segala kudratnya menolak pondok kecil itu. Sekali ditolak, langsung tidak berganjak. Dua kali ditolak, begitu juga. Cumu hanya terpaku. Dia melihat kesungguhan dan usaha Puteh, lantas dia menggoncang-goncangkan pintu kecil pondok tersebut. Nah, tercabutlah kekuncinya. Sesendi pintu kecil itu membengkok dan pintu kecil itu dapat dibuka walaupun separuh.
"Cepat keluar!" teriak Puteh.
Akibat ketakutan dan cemas, Cumu lari meluru ke rimba yang gelap gulita. Tinggal Puteh keseorangan di pondok tersebut. Puteh melihat kelibat Cumu berlari memasuki perut rimba. Puteh terbang membontoti Cumu namun larian Cumu cukup pantas. Cumu terus lenyap dari penglihatan.
"Cumuuuuu!!!"
Jam berganti hari. Hari berganti minggu. Dan akhirnya, sebulan sudah berlalu. Puteh rindukan Cumu. Malam itulah kali terakhir dia melihat kelibat Cumu. Puteh langsung tidak dapat melelapkan matanya. Dibenaknya selalu saja teringatkan kecomelan dan kenakalan Cumu. Dia begitu bersimpati dengan Cumu. Cumu senasib dengan dirinya. Tidak beribu mahupun berbapa. Selama beberapa purnama dia menjaga makan dan minum Cumu. Masakan dia boleh melupakan segalanya. Itu baru Puteh. Bagaimana dengan Cumu? Ah, sudah tentunya Cumu amat-amat rindukan kasih sayang Puteh. Sudah mesti! Siang dan malam Puteh hanya berada di sarangnya, mengenangkan nasib Cumu.
Tiba-tiba Puteh tersentak dari lamunan. Dia terdengar satu suara yang amat dikenalinya. Suara pekikan itu datangnya dari bawah. Dia memanjangkan lehernya. Dia menjenguk ke bawah.
"Cumu!!!" pekik Puteh. Cumu melompat-lompat kegembiraan. Tangannya terkapai-kapai memanggil Puteh. Langsung saja Puteh terbang dan hinggap ke tanah. Gembira bukan kepalang Puteh melihat Cumu.
"Cumu!!! Aku amat rindukan kau!! Ke mana kau pergi? Kenapa tinggalkan aku?!"
Cumu hanya melompat-lompat. Dia memekik-mekik. Namun pekikannya langsung tidak difahami Puteh. Jelas kelihatan di mata Cumu manik-manik jernih. Langsung manik jernih itu membasahi pipi Cumu.
"Cumu..." kata Puteh tidak menghabiskan katanya. Puteh tidak mampu menangis seperti Cumu. Dia keturunan yang berlainan sama sekali dengan Cumu. Dia tidak mampu. Namun hatinya tetap terdetik kerinduan dan kesayuan.
Lantas Cumu memeluk Puteh.
"Kau sudahpun bebas dari genggaman manusia durjana. Mulai hari ini, aku akan tetap akan jaga kau. Kau janganlah tinggalkan aku. Walaupun aku berlainan keturunan, anggaplah aku sebagai SAUDARA mu!" pujuk Puteh.
Cumu mengangguk laju. Dia mengemaskan dakapannya. Laju manik jernih membasahi pipi Cumu, namun dia cepat-cepat mengusap dengan tangannya.
"Cumu. Kita sahabat selama-lamanya..."
"Cumu.. Kau tak bosan?" tanya Puteh. Cumu membalas dengan menggeleng-gelengkan kepalanya. Dia mengangkat jari telunjuk dan di acungkan kepada Puteh. Seraya dia mendabik-dabik dadanya.
"Oh.. Jadi jika ada aku, kau tidak bosan?"
Cumu mengangguk laju. Dia melompat-lompat girang sambil menjerit.
"Aku sudah tua. Tua dari kau, Cumu. Aku pun belum mempunyai pasangan. Namun aku bertuah mengenali kau," kata Puteh. Cumu berhenti melompat. Dia terdiam.
Puteh menunduk, lalu dia berkata, "Kau masih kecil. Hayat umurku tidak sama dengan hayat umur mu, Cumu. Suatu hari nanti, kau mesti berdikari. Kerana.. Waktu itu, mungkin aku pun sudah tiada di sisimu."
Cumu masih terdiam. Lalu dia mengangguk perlahan.
"Cumu. Kalaulah kau dapat bercakap, ingin benar aku mendengar ucapan kasih dan sayang dari mulut kau," kata Puteh lalu terbang ke sarangnya. Meninggalkan Cumu terkebil-kebil.